oleh Dedi Purwanto (Ketua KPMDB Wilayah Purwokerto)
Musyawarah Nasional Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (MUNAS KPMDB) IV tahun 2010 digelar di Hotel Kencana Brebes pada 30-31 Oktober 2010. Tidak banyak yang dihasilkan selain ketergesa-gesaan untuk cepat selesai dan mengganti Ketua baru. Perihal seperti itu terlihat dari 'ngototnya' beberapa wakil wilayah yang menginginkan agar beberapa agenda disudahi sesuai alokasi waktu meskipun agenda tersebut belum selesai dibahas. walhasil, tak ada yang tuntas dari bahasan yang menjadi agenda.
Pembahasan AD dan ART yang dalam organisasi yang serius menapaki perubahan, biasanya berlangsung sengit dan dilakukan dalam rapat paripurna bukan rapat komisi, mengingat AD/ART adalah dasar bagi bergeraknya organisasi.
namun entah apa yang ada dalam fikiran peserta saat itu dalam memaknai suatu perubahan.
lagi pula untuk organisasi sejenis KPMDB, ART sebaiknya diserahkan kepada wilayah agar rumusannya sesuai dengan kondisi di wilayah yang bersangkutan yang tentunya tetap berpegangan pada AD.
saya sebagai pimpinan wilayah Purwokertopun memutuskan untuk tidak terlibat dalam sistem yang tidak lebih bagi saya adalah sebuah setingan untuk mensukseskan salah satu "misi".
Satu hal yang sangat disayangkan adalah momen untuk mengorek lebih dalam mengenai dugaan penyelewengan dana Proyek pemberantasan Buta Aksara senilai lebih dari 200juta rupiah. Ketika pembacaan LPJ yang sempat tertunda sangat lama, karena sang ketua enggan untuk hadir-yang saya sendiri kurang paham apa itu- kesempatan untuk menggali kasus ini terlewatkan begitu saja dengan alasan energi dan WAKTU. lagi-lagi waktu, sangat kontra dengan semangat juang yang mereka gembor-gemborkan selama ini, karena semangat mereka seketika tiada arti karena waktu sudah Malam.
Ketua Umum Pusat yang baru adalah calon tak dikenal yang sengaja dipasang agar kepentingan beberapa wilayah tetap tercover. maaf jika saya terkesan menjelek-jelekan, pendapatku ini paling tidak didasarkan atas pengamatan bahwa si calon terpilih tidak memiliki Visi dan Misi yang jelas untuk organisasi yang sekarat gara-gara terlalu banyak masalah internal ini.
masalah selanjutnya yang janggal dalam organisasi yang aku banggakan ini adalah kepastian mengenai makna peserta penuh dan peninjau, serta urgensi surat mandat dari wilayah terhadap status tersebut.kejanggalan tersebut mulai tercium sejak ditetapkannya pimpinan sidang definitif, dimana pimpinan sidan sementara ujug-ujug menjadi peserta penuh mewakili salah satu wilayah dengan kartu kuning.
padahal dalam surat mandat jelas tercantum bahwa wilayah itu hanya mengirim satu wakilnya saja. hal ini semakin nyata terlihat setelah ada dua wakil dari salah satu wilayah di jawa Barat yang pulang terlebih dahulu karena akan ujian kemudian secara ujug-ujug pula digantikan oleh entah siapa yang pasti dia mengaku sebagai ketua wilayah tersebut, dengan kritik khasnya yang konyol jika ditabrakan dengan kondisi wilayahnya.
Segal kejanggalan yang banyak terjadi dalam Munas KPMDB IV tersebut mungkinkah akan berdampak pada perubahan lebih baik?
aku tidak banyak berharap. sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar